-->
"Kalo kamu
selingkuh, kita udahan. Pokoknya, kalo kamu jadian sama cewe lain, kita udahan,
titik" Ikha bergumam sambil mengetik di notebook kesayangannya . Ku sapa dia, sambil menghampirinya
"Hai nit"
"ooiii"
"lagi ngapain? Serius bener?"
"Ini, lagi bikin cerpen" jawabnya santai tanpa menoleh kearahku.
"Cerpen baru lagi? Judulnya apa?" Tanyaku sambil merebahkan badan dan melingkarkan tangan kepinggangnnya.
"Iya, cerpen baru. Tapi belum jelas mau bahas apa".
"Loh, tapi udah bahas-bahas tentang udahan dan jadian lagi tuh?" tanyaku lebih dalam.
Ia terdiam, dan menolehkan kearah ku, lalu ia membalikan badannya dan tengadah menghadap kelangit-langit kamarnya lalu menghela napas.
"Ahh, aku juga bingung vie, aku bingung apa fungsinya aku buat cerpen ini, aku cuma mau dia tau, kalo aku cemburu, aku cemburu liat dia sama perempuan lain".
Tatapan matanya kosong, dan menerawang jauh keruang setelah langit-langit kamarnya.
Saya tak banyak bicara, tetap berbaring dan memiringkan badan menghadap dia, mengamati dan terus mendengarkannya, tapi tak satu katapun terucap darinya setelah itu.
Tidak lama saya mengijinkannya membisu, saya kembali menghujani dia dengan pertanyaan yang hampir serupa dengan sebelum-sebelumnnya.
"Emang dia ngapain lagi? Deket sama cewe lain lagi? Apa masih sama sahabat-sahabatnya yang dulu kamu ceritain itu?"
Dia memejamkan matanya, dan tetap tidak menjawab sedikitpun, sepertinya tidak menghiraukan pertanyaanku.
"Terakhir yang aku ingat, kamu bilang dia ke bali sama sahabatnya yang datang kekantor lama mu. Trus sekarang kamu mau bilang kamu cemburu karna ingat kejadian itu?".
"Bukan.... bukan itu". Dia berlalu pergi.
Hanya tinggal aku dan notebooknya yang masih dibiarkannya menyala diatas tempat tidurnya.
"Hai nit"
"ooiii"
"lagi ngapain? Serius bener?"
"Ini, lagi bikin cerpen" jawabnya santai tanpa menoleh kearahku.
"Cerpen baru lagi? Judulnya apa?" Tanyaku sambil merebahkan badan dan melingkarkan tangan kepinggangnnya.
"Iya, cerpen baru. Tapi belum jelas mau bahas apa".
"Loh, tapi udah bahas-bahas tentang udahan dan jadian lagi tuh?" tanyaku lebih dalam.
Ia terdiam, dan menolehkan kearah ku, lalu ia membalikan badannya dan tengadah menghadap kelangit-langit kamarnya lalu menghela napas.
"Ahh, aku juga bingung vie, aku bingung apa fungsinya aku buat cerpen ini, aku cuma mau dia tau, kalo aku cemburu, aku cemburu liat dia sama perempuan lain".
Tatapan matanya kosong, dan menerawang jauh keruang setelah langit-langit kamarnya.
Saya tak banyak bicara, tetap berbaring dan memiringkan badan menghadap dia, mengamati dan terus mendengarkannya, tapi tak satu katapun terucap darinya setelah itu.
Tidak lama saya mengijinkannya membisu, saya kembali menghujani dia dengan pertanyaan yang hampir serupa dengan sebelum-sebelumnnya.
"Emang dia ngapain lagi? Deket sama cewe lain lagi? Apa masih sama sahabat-sahabatnya yang dulu kamu ceritain itu?"
Dia memejamkan matanya, dan tetap tidak menjawab sedikitpun, sepertinya tidak menghiraukan pertanyaanku.
"Terakhir yang aku ingat, kamu bilang dia ke bali sama sahabatnya yang datang kekantor lama mu. Trus sekarang kamu mau bilang kamu cemburu karna ingat kejadian itu?".
"Bukan.... bukan itu". Dia berlalu pergi.
Hanya tinggal aku dan notebooknya yang masih dibiarkannya menyala diatas tempat tidurnya.
***
Malam ini, aku kembali teringat pada ikha. Teman lama yang selalu setia menemaniku sejak kecil. Kami semakin dekat beberapa tahun belakangan ini. Ini dikarenakan semenjak keputusan ku mengakhiri kisah cinta ku dua tahun yang lalu, kami menjadi semakin banyak menghabiskan waktu bersama-sama.
Menurutku ikha tergolong wanita yang lemah. Bahkan terlalu bodoh dalam menjaga hatinya dalam hubungan percintaan. Akan tetapi malam ini aku sudah bosan menasehatinya, mengenai cinta gila yang dia ceritakan sejak satu tahun belakangan ini.
Tanpa berlama-lama memikirkannya, ku raih remot TV untuk mencari siaran yang menarik. Sambil menekan-nekan tombol remot, aku memeluk bantal guling kesayangan ku. Nah, pada kesemaptan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada ilmuan yang berhasil menemukan teknologi bantal guling. Jika sayur kurang lezat tanpa garam, bagi saya, apalah artinya tidur tanpa bantal guling. Hahahaha.
Malam ini yang
menjadi tontonan saya adalah OVJ. Saya memang tergolong wanita yang suka sekali
dengan acara-acara yang berbau humor. Bagi saya, hanya orang cerdas yang bisa
menghasilkan humor yang berkualitas. Jadi, dengan hipotesa diatas, saya
simpulkan aziz, sule, parto, andre, dan juga nunung, memiliki IQ diatas rata-rata.
Kebetulan bintang tamun OVJ malam ini adalah asan*y istri ana*g. Dia cantik menggunakan gaun merah sepanjang lutut. Wanita itu juga terlihat anggun dengan sifat keibuannya bercanda dengan aur*l, anaknya yang diperolehnya dari pernikahan anang sebelumnnya.
Yang menjadi perhatian saya malam ini bukan kecantikan atau kepiawaiannya dalam berperan. Yang menarik adalah kisah cintanya dengan anang yang muncul tiba-tiba. Maklum, saya memang termaksud orang yang jarang sekali menonton televisi. Jadi seringkali saya ketinggalan berita heboh, atau isu-isu politik yang sedang banyak dibahas.
Yang terlintas, apa iya semua ini direncanakan? Apa iya, pemberitaan hubungan sahr*ni dengan anang hanya politik marketing belaka. Atau jangan-jangan sahr*ni benar-benar dicampakan. Malam ini, acara lucu ovj malah saya campur aduk dengan pikiran dikepala mengenai kisah cinta kusut ana*g dan sahr*ni. Kalo memang cerita itu direncanakan, saya tidak mau berkomentar banyak. Itu hak asasi mereka berdua. Yang terpenting tidak ada yang merasa disakiti dan dirugikan. Namun, jika ternyata sahrini adalah korban, maka dengan tegas saya katakan, kamu pengecut!!!! Maaf, ini saya sampaikan kepada pihak-pihak yang menyakiti sahrini, bukan kepada kamu yang sedang baca, hahaha. Tak lama acara usai, saya pun tertidur dalam pikiran panjang saya.
Kebetulan bintang tamun OVJ malam ini adalah asan*y istri ana*g. Dia cantik menggunakan gaun merah sepanjang lutut. Wanita itu juga terlihat anggun dengan sifat keibuannya bercanda dengan aur*l, anaknya yang diperolehnya dari pernikahan anang sebelumnnya.
Yang menjadi perhatian saya malam ini bukan kecantikan atau kepiawaiannya dalam berperan. Yang menarik adalah kisah cintanya dengan anang yang muncul tiba-tiba. Maklum, saya memang termaksud orang yang jarang sekali menonton televisi. Jadi seringkali saya ketinggalan berita heboh, atau isu-isu politik yang sedang banyak dibahas.
Yang terlintas, apa iya semua ini direncanakan? Apa iya, pemberitaan hubungan sahr*ni dengan anang hanya politik marketing belaka. Atau jangan-jangan sahr*ni benar-benar dicampakan. Malam ini, acara lucu ovj malah saya campur aduk dengan pikiran dikepala mengenai kisah cinta kusut ana*g dan sahr*ni. Kalo memang cerita itu direncanakan, saya tidak mau berkomentar banyak. Itu hak asasi mereka berdua. Yang terpenting tidak ada yang merasa disakiti dan dirugikan. Namun, jika ternyata sahrini adalah korban, maka dengan tegas saya katakan, kamu pengecut!!!! Maaf, ini saya sampaikan kepada pihak-pihak yang menyakiti sahrini, bukan kepada kamu yang sedang baca, hahaha. Tak lama acara usai, saya pun tertidur dalam pikiran panjang saya.
Hari ini ditengah-tengah
kesibukan saya bekerja, tiba-tiba ada pesan dari blackberry messenger yang
masuk ke handphone saya. Dan ternyata ikha. Seperti yang saya pikirkan, bbm itu
berisikan ajakan untuk pulang bersama sore ini, hari ini hari jumat, itu
artinya saya tidak pulang ke kosan melainkan pulang ke bekasi. Ajakan itu saya
iyakan dengan segera.
Sore ini seperti
jumat biasannya. Kemacetan dijalan semanggi memperparah perjalanan pulang kami. Kondisi bus patas AC 05 yang penuh dengan manusia berjejal, AC yang tidak terasa, dan bangku untuk duduk yang tidak tersisa lagi, menjadi
gambaran kepulangan kami berdua sore ini.
Tanpa menghiraukan keadaan yang tidak kondusif itu, kami masih terus bercerita satu sama lain, dan saling berebutan. Saya dan ikha memang tergolong wanita yang tidak manja. Keadaan apapun masih tetap aja membuat kami dapat tertawa saat bersama.
Sudah lelah untuk tertawa, kami mulai terdiam dan hanya memandang ke deretan gedung yang terdapat disepanjang jalan gatot subroto.
Sambil terus berdiri dengan bersender diujung bangku yang saya belakangi, saya menanyakan ulang mengenai pertanyaan saya enam hari lalu yang masih belum dijawabnnya.
Ragu saya akan keputusan saya untuk menanyakan hal ini akan membuahkan hasil. Pasalnya, ikha memang cenderung sulit untuk ditanyai soal kisah cinta gilanya itu, apalagi semenjak saya memarahinya, dan melarangnya untuk mengingat-ingat lelaki itu lagi.
Belum lagi terlalu banyak yang disembunyikannya dibalik senyum dan humor konyol yang selalu dia ceritakan disetiap pertemuan.
Ternyata benar, hanya jawaban singkat yang masih juga tidak memberikan kejelasan apa-apa, bahkan cenderung menambah kebingungan saya.
“Gpp, aku cuma kasihan sama sahabatnya abang, mba v*ta, dia sekarang sedih”. Jawabnnya sambil tersenyum.
Tidak mempan dengan buaian senyumanannya, saya malah bertanya agak sinis
“Lah trus, urusannya sama kamu apa? Dan apa hubungannya dengan jadian lagi, cerpen baru mu kemarin?”.
Sambil cengar-cengir dia menjawab dan membentuk dua garis lurus dari bawah keatas menggunakan jari,
“Hubungan kekeluargaan beb, jadi kalo ditarik garis keturunan adam dan hawa, kami bersaudara. Hahahaha “. Dia tertawa lepas.
Kali ini saya tidak kuasa untuk tidak ikut tertawa.
Sontak penumpang bus jurusan blok M-Bekasi ilainnya memperhatikan kami dengan tatapan sedikit sinis. Wajar mereka memandangi kami dengan tatapan tidak senang, pasalnnya hanya kami berdua yang menggaduh sejak tadi.
Tanpa menghiraukan keadaan yang tidak kondusif itu, kami masih terus bercerita satu sama lain, dan saling berebutan. Saya dan ikha memang tergolong wanita yang tidak manja. Keadaan apapun masih tetap aja membuat kami dapat tertawa saat bersama.
Sudah lelah untuk tertawa, kami mulai terdiam dan hanya memandang ke deretan gedung yang terdapat disepanjang jalan gatot subroto.
Sambil terus berdiri dengan bersender diujung bangku yang saya belakangi, saya menanyakan ulang mengenai pertanyaan saya enam hari lalu yang masih belum dijawabnnya.
Ragu saya akan keputusan saya untuk menanyakan hal ini akan membuahkan hasil. Pasalnya, ikha memang cenderung sulit untuk ditanyai soal kisah cinta gilanya itu, apalagi semenjak saya memarahinya, dan melarangnya untuk mengingat-ingat lelaki itu lagi.
Belum lagi terlalu banyak yang disembunyikannya dibalik senyum dan humor konyol yang selalu dia ceritakan disetiap pertemuan.
Ternyata benar, hanya jawaban singkat yang masih juga tidak memberikan kejelasan apa-apa, bahkan cenderung menambah kebingungan saya.
“Gpp, aku cuma kasihan sama sahabatnya abang, mba v*ta, dia sekarang sedih”. Jawabnnya sambil tersenyum.
Tidak mempan dengan buaian senyumanannya, saya malah bertanya agak sinis
“Lah trus, urusannya sama kamu apa? Dan apa hubungannya dengan jadian lagi, cerpen baru mu kemarin?”.
Sambil cengar-cengir dia menjawab dan membentuk dua garis lurus dari bawah keatas menggunakan jari,
“Hubungan kekeluargaan beb, jadi kalo ditarik garis keturunan adam dan hawa, kami bersaudara. Hahahaha “. Dia tertawa lepas.
Kali ini saya tidak kuasa untuk tidak ikut tertawa.
Sontak penumpang bus jurusan blok M-Bekasi ilainnya memperhatikan kami dengan tatapan sedikit sinis. Wajar mereka memandangi kami dengan tatapan tidak senang, pasalnnya hanya kami berdua yang menggaduh sejak tadi.
***
“Nyalon yuk
niiiiittt” teriakku ditelepon.
Sambil bermalas-malasan dengan nada parau di menjawab “hmmm, jam brp? Aku belum bangun nih”.
Seperti yang ada dibayanganku, gadis pemalas ini pasti belum bangun jam segini. Hari sabtu pasti dihabiskannnya dengan tidur dua belas jam. Berbeda dengan ku, saat ini aku tengah menyelesaikan lari pagi ku.
“Jam dua ya nit, di twint salon. Habis itu kita ngemall.”
Kutunggu dia menjawab ajakan ku.
Setelah beberapa lama menunggu,
“Nit”
“Nit”
“Niiiiiiiiiiiiiiiiiiit” semakin berteriak aku memanggilnnya. Dan tetap tidak ada jawaban.
Sudah dapat dipastikan, kerbau betina ini pasti tertidur kembali. Kejadian ini tentu tidak membuat aku kehilangan akal.
Kumatikan telepon genggamku, kuhubungi ke nomer telepon rumahnnya. Dengan mengganti pengaturan suara di Handphone ku, ku ganti suarannya agar menyerupai suara laki-laki. Ini hal yang paling menyenangkan menggunakan hanphone china ini, ada pengaturan khusus yang bisa membuat sifat jailku berevolusi dengan bebasnnya.
Sambil bermalas-malasan dengan nada parau di menjawab “hmmm, jam brp? Aku belum bangun nih”.
Seperti yang ada dibayanganku, gadis pemalas ini pasti belum bangun jam segini. Hari sabtu pasti dihabiskannnya dengan tidur dua belas jam. Berbeda dengan ku, saat ini aku tengah menyelesaikan lari pagi ku.
“Jam dua ya nit, di twint salon. Habis itu kita ngemall.”
Kutunggu dia menjawab ajakan ku.
Setelah beberapa lama menunggu,
“Nit”
“Nit”
“Niiiiiiiiiiiiiiiiiiit” semakin berteriak aku memanggilnnya. Dan tetap tidak ada jawaban.
Sudah dapat dipastikan, kerbau betina ini pasti tertidur kembali. Kejadian ini tentu tidak membuat aku kehilangan akal.
Kumatikan telepon genggamku, kuhubungi ke nomer telepon rumahnnya. Dengan mengganti pengaturan suara di Handphone ku, ku ganti suarannya agar menyerupai suara laki-laki. Ini hal yang paling menyenangkan menggunakan hanphone china ini, ada pengaturan khusus yang bisa membuat sifat jailku berevolusi dengan bebasnnya.
“Halo selamat siang, ikhanya ada?”
“Ada,
tapi masih tidur. Ini dari siapa ya?”
“Ohh,
ini saya yuki tante, temen kantornya ikha”
“Mau
dibangunin apa titip pesan aja?”
“Titip
pesan aja tante, bilang aja tadi saya telepon ke hanphone tapi tidak dijawab”
“Okay,
nanti tante sampaikan.”
“Trimakasih
banyak ya tante”
“Sama-sama”.
Dan benar, dalam
hitungan menit bbm yang berisikan marah-marah dari dia sudah masuk kedalam
blackberry saya. Itu artinya ia sudah sadar dari tidurnya. Hahahaha.
Entah terobsesi atau cinta betulan, si kerbau bodoh itu memang gampang banget dikibulin jika mendengar nama laki-laki idolannya itu. Sampai-sampai dulu pernah ada yang ngaku-ngaku si yuki, dan dengan tololnya dia malah mengirimkan foto-foto bugilnnya.
Kejadian itu yang bikin saya geram dengan laki-laki itu. Kenapa sahabat saya bertemu dengan laki-laki itu, dan membuat sahabat saya gila.
Iya gila, bener-benar gila.
Hal terbodoh yang pernah diceritakan kepada saya adalah, rencana bunuh dirinya akibat ketakutannya yang sangat, saat dia sadar jika dia hanya korban kejailan laki-laki yang kurang bermoral, yang memanfaatkan kegilaannnya.
Entah terobsesi atau cinta betulan, si kerbau bodoh itu memang gampang banget dikibulin jika mendengar nama laki-laki idolannya itu. Sampai-sampai dulu pernah ada yang ngaku-ngaku si yuki, dan dengan tololnya dia malah mengirimkan foto-foto bugilnnya.
Kejadian itu yang bikin saya geram dengan laki-laki itu. Kenapa sahabat saya bertemu dengan laki-laki itu, dan membuat sahabat saya gila.
Iya gila, bener-benar gila.
Hal terbodoh yang pernah diceritakan kepada saya adalah, rencana bunuh dirinya akibat ketakutannya yang sangat, saat dia sadar jika dia hanya korban kejailan laki-laki yang kurang bermoral, yang memanfaatkan kegilaannnya.
***
Usai menikmatin treatment disalon, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sabtu itu dengan duduk santai dimall sambil saling bertukar cerita, yang menurut saya tidak pernah ada habisnnya.
Ada saja cerita yang kami bahas jika sedang berdua. Dan selalu saja tidak lupa membahas masalah masa depan. Masa depan yang tahun lalu kami bahas, ternyata saat saya tilik, sudah berbeda dengan pembahasan masa depan dihari ini.
Saya dan ikha memang sesuatu yang tidak dapat terpisahkan.
Kami hampir sama, yang membedakan dia bodoh sedangkan saya seorang pengecut.
Dia bodoh karena masih terus meyakini jika dia cintai. Padahal berkali-kali dari ceritanya saya ketahui laki-laki itu menyakitinya, membuatnya menangis bahkan hingga saat ini.
Sedangkan saya, saya tidak sebodoh dia, saya hanya tidak memiliki keberanian sebesar dia. Saya terlalu menjaga hati saya agar tidak tersakiti lagi. Saya tidak pernah berani memulai hubungan baru dengan laki-laki lain.
Mungkin akibat saya terlalu banyak belajar dari pengalaman orang-orang disekitar, saya selalu menghindar jika ada pria lain yang mendekat, jika dia tidak sesuai dengan suami impian saya.
Usai menikmatin treatment disalon, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sabtu itu dengan duduk santai dimall sambil saling bertukar cerita, yang menurut saya tidak pernah ada habisnnya.
Ada saja cerita yang kami bahas jika sedang berdua. Dan selalu saja tidak lupa membahas masalah masa depan. Masa depan yang tahun lalu kami bahas, ternyata saat saya tilik, sudah berbeda dengan pembahasan masa depan dihari ini.
Saya dan ikha memang sesuatu yang tidak dapat terpisahkan.
Kami hampir sama, yang membedakan dia bodoh sedangkan saya seorang pengecut.
Dia bodoh karena masih terus meyakini jika dia cintai. Padahal berkali-kali dari ceritanya saya ketahui laki-laki itu menyakitinya, membuatnya menangis bahkan hingga saat ini.
Sedangkan saya, saya tidak sebodoh dia, saya hanya tidak memiliki keberanian sebesar dia. Saya terlalu menjaga hati saya agar tidak tersakiti lagi. Saya tidak pernah berani memulai hubungan baru dengan laki-laki lain.
Mungkin akibat saya terlalu banyak belajar dari pengalaman orang-orang disekitar, saya selalu menghindar jika ada pria lain yang mendekat, jika dia tidak sesuai dengan suami impian saya.
“kha, aku capek deh.
Aku capeeeeek banget”. Kalimat yang belum pernah saya ucapkan sebelumnnya
kepada siapa pun.
Tidak berkata banyak ikha segera bangkit berdiri dan kembali sambil membawa pisau kue yang dipinjamnnya dari kafe tempat kami bersantai.
“Nih, mungkin bisa bantu kamu supaya ga cape”.
Antara marah dan kesal saya menyeringai, “Lo sahabat gw bukan siii????” saya bertanya dengan nada yang agak tinggi.
“Kalo hidup ya pasti cape, kalo ga mau cape, ya jangan hidup. Kamu bernapas cape engga?” Jawabnnya santai mengikuti gaya bicara saya.
Dan lagi-lagi kami tertawa bersama ditengah riuh rendahnya irama musik dimalam itu.
“Ini nih vi, yang dari dulu abang lakuin ke aku, kalo aku sedih dan udah down banget. Dia bikin aku marah, dan kalo aku udah marah, dia menghilang”.
Antara bosan dan emosi saya.
Lagi-lagi ingat abang. Tidak ada hari tanpa abang. Dan yang membosankan, selalu tidak tuntas jika ditanya lebih dalam.
“Ya Ya Ya,,,, pulang yuk aku ngantuk, besok aku mau ibadah pagi” ajak ku kapadannya.
Cerita-cerita kami memang terlalu rumit. Tapi tidak serumit membuat roti yang saya makan malam ini. Rasanya manis, tengahnya lunak, namun bagian atasnnya keras dilapisi coklat, dan saat dikunyah rasa blueberrynya larut terasa dilidah.
Seandainya kami sepandai pembuat kue ini, tentu hidup kami akan semenarik kue ini. Setiap rasa dipadupadankan menjadi satu. Setiap bentukan dilakukan dengan sempurna, dan akhirnya saat prosesnya telah selesai, kue ini menjadi sangat sayang untuk dilewatkan.
Tidak berkata banyak ikha segera bangkit berdiri dan kembali sambil membawa pisau kue yang dipinjamnnya dari kafe tempat kami bersantai.
“Nih, mungkin bisa bantu kamu supaya ga cape”.
Antara marah dan kesal saya menyeringai, “Lo sahabat gw bukan siii????” saya bertanya dengan nada yang agak tinggi.
“Kalo hidup ya pasti cape, kalo ga mau cape, ya jangan hidup. Kamu bernapas cape engga?” Jawabnnya santai mengikuti gaya bicara saya.
Dan lagi-lagi kami tertawa bersama ditengah riuh rendahnya irama musik dimalam itu.
“Ini nih vi, yang dari dulu abang lakuin ke aku, kalo aku sedih dan udah down banget. Dia bikin aku marah, dan kalo aku udah marah, dia menghilang”.
Antara bosan dan emosi saya.
Lagi-lagi ingat abang. Tidak ada hari tanpa abang. Dan yang membosankan, selalu tidak tuntas jika ditanya lebih dalam.
“Ya Ya Ya,,,, pulang yuk aku ngantuk, besok aku mau ibadah pagi” ajak ku kapadannya.
Cerita-cerita kami memang terlalu rumit. Tapi tidak serumit membuat roti yang saya makan malam ini. Rasanya manis, tengahnya lunak, namun bagian atasnnya keras dilapisi coklat, dan saat dikunyah rasa blueberrynya larut terasa dilidah.
Seandainya kami sepandai pembuat kue ini, tentu hidup kami akan semenarik kue ini. Setiap rasa dipadupadankan menjadi satu. Setiap bentukan dilakukan dengan sempurna, dan akhirnya saat prosesnya telah selesai, kue ini menjadi sangat sayang untuk dilewatkan.
No comments:
Post a Comment