Tuesday, November 20, 2012

Baju Hijau

Percakapan di blackberry messenger salah satu karyawati bank swasta dijakarta dengan teman lama waktu di sekolah menengah pertama.







Aditya: "Immiiiii..."
Gw, Eeeh immi mksdunya : "oiiiiii..."

Aditya: "Apa kabaaaaar?"

Gw : "Baik, knape lo tiba2 nanya kabar? Jd ga enak perasaan gua"

Aditya: "Yeeeee,,, knp gw tanya kabar, perasaan lo jd ga enak? Jakasembung bw gitar lo"

Gw: "Nah, lo lagi lebih aneeeh,,, knapa juga si jakasembung lo suruh-suruh bawa gitar"

Aditya: "Ga nyambung, jreng-jeng jeng lo cuuuy"

Gw: "Gini, kalo jakasembungnya bawa gitar, mending kita dangdutan aja apah??"

Aditya: "Gilaaa,,, gila looo ƪ(°;◦)ʃ Ϛ(°..˚)Ϟ "

Gw: "Lo lebih gila, jaman udah moderen masih aja bertemen sama jakasembung (˘͡˛ ˘͡ ") "

Aditya: "Hahahahaha... Habis mau bertemen sama lo, takut ngabisin beras dirumah"

Gw: "Jiaaah,,, mana ada kutu segede gw.... Ada apa, ada apa? Ada yang bisa saya banting?"

Aditya: "Kaga,, lo sekarang tambah cantik ya mii"

Gw: "Ya alloooohh,,, perasaan gw makin ga enak... Lo kepentok dimana tadi cuuuuy? (۳º̩̩́Дº̩̩̀)۳ "

Aditya: "Iiihh,,, serius mii... Beberapa hari yang lalu gw liat lo di mall.."

Gw: "hmm,, beberapa hari yang lalu ya?. Pastinya berapa hari itu?"

Aditya: "Kayaknya enam hari yang lalu"

Gw: "Masa??? Lima hari yang lalu kali??"

Aditya:"Eh, apa lima hari ya,,, gw ga yakin si??"

Gw: "Jangan-jangan empat hari yang lalu bos.. Coba lu inget-inget dulu."

Aditya: "Ya udah empat hari yang lalu juga boleh lah"

Gw: "Sama langganan, tiga hari yang lalu aja ya kooh"

Aditya: "lo knapa jadi nawar mulu si miiii... Naluri belanja dipasar lo kaga ada matinya yaa"

Gw: "serius niiih,,, berapa hari yang lalu jadinnya"

Aditya: "ya udah, ini yang terakhir, tiga hari yang lalu"

Gw: "oke, udah yakin ya tiga hari, ga berubah lagi.."

Aditya: "iya yakin!!!"

Gw: "kita akan mengunci jawaban anda di tiga hari yang lalu ,anda yakin tidak ingin menggunakan bantuan call a frend, atau 50:50"

Aditya: "ahh,, capek gw ngomong sama lo mii"

Gw: "Ya istirahat lah,,, tidur dulu gitu, nanti kalo dah gacape lagi bisa bebe em gw"

Aditya: "Lo sekarang agak kurusan ya mi.. Tapi tetap oke lahh"

Gw: "eh eh,,, mending langsung aja,, perasaan gw makin jelas nih. Lo mau prospek gw kan?? Mau nawarin apa??"

Aditya: "Huakakakak,,, emangnnya gw lo mi... Bbm kalo mau nawarin tabungan doang. Enggak ini seriusan"

Gw: "Asli firasat gw mengatakan ada yang lain. Hmmm,, bentar gw sambil mencerna kata-kata lo dulu ya"

Aditya: "Cerna apa si? Lo juga sekarang bersihan ya.."

Gw: "Hmm,, dit, lo ketemu gw di mall mana?? Jangan-jangan lo salah orang"

Aditya: "Kagaaaaa,,, itu pasti lo mii.. Cara jalannya lo banget"

Gw: "ah, serius lo??? Emang terakhir yang lo inget cara jalan gw gimana??"

Aditya: "Jalannya tegap, sambil jinjit-jinjit gitu"

Gw: "adiiiiiiiiiiiiiiiiitttt (۳º̩̩́Дº̩̩̀)۳. Gw emang secacat itu ya dimata loooo. Emang pernah ya gw jalan jinjit-jinjit?? (¬_¬)-O)‾з‾)ː̖́ "

Aditya: "Loh,, jadi lo jalan sekarang ga jinjit-jinjit lagi mii???"

Aditya: "diiiiit,,, lo ada dendam apa sama gw?? Mana pernah si, gw jalan kaya orang cacat gitu????"

Aditya: "Tapi rambutnya mirip lo miii,,"

Gw: "Rambutnya gimana?? Lo liat dari belakang??"

Aditya: "Iya,, sepintas liat muka lo, trus lo jalan terus ngebelakangin gw. Rambutnya bergelombang dikuncir kuda"

Gw: "hmm,, gw si emang suka dikuncir"

Aditya: "Nah kaaaan,,, itu pasti lo. Gw yakin banget miii... Mau negor waktu itu ga enak, lo sama cowo lo. Tinggi, cepak"

Gw: "Cowooo???"

Aditya: "Iya,,, lo pake kaos warna ijo, dia juga... Ceritanya samaan nih baju nya?? Hahahaha.. :b"

Gw: " Fix,,, lo salah orang. Gw ga punya baju ijoooo!!!! Dan gw ga suka cowo cepak.... Lo salah orang bos.... Dari awal perasaan gw udah ga enak,,, lo bawa2 cepak lagi... "

Aditya: "ohh,,, pantesan,,, gw juga ga yakin si sebenernya, lo bisa berubah sampe kaya gitu..."

Gw: " Adiiiiiiiiiitttt (っ -̩̩-̩̩͡_-̩̩-̩̩͡)っ "

*percakapan berakhir dengan tidak bijaksana*

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT


Sunday, November 18, 2012

Namaku Bukan Borlan

Malam ini usai dari perjalanan kebangkok bersama para sahabat, aku kembali merasakan kesunyian malam diatas tempat tidur ini. Kesunyian yang selama ini mengantarkan ku kealam mimpi ku. Kesunyian yang selalu memacu aku untuk mengayuh sepedaku lebih kencang, kesunyian yang kadang membuat aku mempertanyakan arti dari keTuhanan.

Malam semakin larut, dan yang terdengar hanya detak jam. Jam yang selama ini kubiarkan menempel didinding sebelah kanan kamarku. Kondisi ku malam ini jauh dari hingar bingar kehidupan malam yang selama ini aku jalani. Tak ada musik, tak ada gelak tawa, tak ada denting gelas yang beradu, dan tak ada sahabat-sahabat yang selalu setia menemani. Mereka sahabat yang selalu menemani hari-hari ku. Didekat mereka aku merasa dihargai, bersama mereka aku merasa diperlukan, kehadiran mereka membuat aku seperti kembali menemukan jati diriku yang pernah hilang.

Tidak banyak yang dapat kulakukan untuk melepaskan lelah dari perjalanan ku kemarin, selain memejamkan mata dan membiarkan kesunyian malam ini kembali mengantarkan aku jauh kedalam mimpi ku.

****
"Borlan, ngopo kowe nang kono, mrene wae, dolan karo aku.."
"Matur suwun, aku neng kene wae"

Ajakan rangga untuk bergabung bermain bersama mereka kutolak secara halus sambil menggelengkan kepala. Dibandingkan harus bergabung dengan mereka, aku lebih memilih memperhatikan saja dari kejauhan. Pengamatanku berkata mereka tengah terkekeh-kekeh membahas kejailan yang baru saja mereka lakukan. Lama aku memandangi mereka dari sini, tempat dimana awalnya aku merasa aman dari pengamatan mereka, sambil tetap duduk diatas sepeda ku. Seandainya aku memiliki sedikit keberanian untuk ikut bermain bersama mereka, sekarang aku pasti sudah memiliki banyak teman. Namun sayangnnya niatan itu selalu kutepis setiap kali mengingat pertanyaan mereka. Pertanyaan terhalus yang pernah mereka lontarkan adalah "Agamamu opo to sakjane?".
Lainnya iyalah olokan-olokan mengenai perbedaan agama bapak dan mamak.

Lama aku larut dalam lamunan ku menginat olokan-olokan itu, lelah aku mengingat semuanya, aku kembali mengayuh pedal sepedaku, jauh meninggalkan kerumunan anak-anak itu, meninggalkan mereka yang kebanyakan selalu mentertawakan keluarga ku, menjauh dari anak-anak nakal itu. Anak-anak seusiaku, mereka siswa sekolah dasar negeri didaerahku, yang selalu memperlakukan aku secara tidak adil. Satu-satunya teman yang tidak ikut mentertawakanku adalah rangga.

Tiap sore aku menyusuri daerah pemukiman padat muslim ini menggunakan sepeda ku. Sambil bersiul-siul kukejar burung-burung yang berterbangan diudara. Ku nikmati hempasan angin yang menyapu wajahku, lamat-lamat ku dengar kicauan burung-burung centil itu. Aku begitu menikmati sore ini. Dan hampir selalu sama setiap harinya.








***
"Mak, pak, ucok punya kalian"
"Mak, pak, ucok punya kalian"

Berkali-kali kalimat itu keluar dari mulutku. Tapi tak satupun yang mendengarkan aku. Tersadar dari ngigauanku, aku beranjak dari tempat tidur ku. Sedikit malas aku bergerak kearah kamar mandi yang berada dipojok kanan kamar kos ku. Ku basuh wajah ku yang telah penuh dengan keringat. Sepertinya ada yang salah dengan AC kamar ini, pikirku. Karenanya sering kali aku harus terbangun ditengah malam karna perasaan tidak nyaman ini. Berulang-ulang kuperhatikan remot AC ku, tidak ada yang salah dengan pengaturan suhunnya, tetap baik di angka 16'C. Bahkan terakhir diperiksa ahlinya pun, AC ku dinyatakan baik-baik saja. Ahh,, malam ini, meski batuk ini sudah seminggu, kuambil bir dalam lemari es ku. Kuhabiskan dalam sekali minum. Kunikmati setiap tegukan. Malam ini kubiarkan bir ini lebih menghangatkan tubuhku, meskipun nyatanya mimpi tadi saja sudah mampu membuat bajuku basah akibat keringat dari tubuh ini, namun tetap ku teguk hingga tetesan terakhir. Berharap minuman ini dapat mengantarkan aku kembali dalam tidur nyenyak ku. Nyenyak? Entahlah, mungkin tidak nyenyak, namun apa pun namanya, aku butuh tidur, tubuhku ini harus beristirahat. Perjalanan ke bangkok bersama sahabat kemarin sangat memeras tenaga ku. Aku letih, aku letih, aku letih sekali.

***
"Heh sapi gilak,, baru datang lo?"
Sapa salah seorang sahabat kepada ku. Lagi-lagi aku memang datang terlambat ke kantor. Entah mengapa, hal yang tersulit dalam hidupku selain melupakan luka bersama ani, adalah bangun pagi. Ani adalah wanita yang setia menemaniku beberapa tahun terakhir kemarin. Wanita yang kucintai dan kusayangi. Aku mendambakan dapat hidup bersamanya suatu hari nanti. Namun entah aku yang terlalu kasar, atau dia yang tidak sabar, pilihan melanjutkan kuliah keluar negeri menjadi awal dari kehancuran hubungan kami.

***
"Gimana market hari ini?" Tanya ku kepada salah satu rekan kerjaku.
"Parah, turun jauh dari hari kemarin. Ini jauh diluar perkiraan" jawabnya penuh keseriusan.
Rekan kerja ku ini, yang tidak perlu kusebutkan namannya, karna aku juga bingung memberikan nama yg tepat kepada orang yang wajahnya mirip bapak menteri hatta rajasa ini, adalah salah satu sahabat dekat ku. Seringkali dia mengantarkan aku pulang menggunakan mobil honda jazz nya, karena memang aku tidak memiliki mobil. Sering bertukar cerita bersamanya membuat aku bersyukur. Menurutnya, setidak-tidaknya aku sudah tau apa keahlian ku. Itu antara keahlian atau hobi, aku juga tidak tau pasti.

***
"Borlan, kamu ikut kan outing kantor kita ke jogja??" Tanya salah satu wanita cantik dikantor ku. Wanita cantik itu adalah salah satu sales manager didivisi ku.
"Yup" jawab ku singkat kepadannya. Meski singkat namun sudah dapat kupastikan nanti kami akan banyak menghabiskan waktu bersama disana. Entah keberuntungan atau memang aku menyenangkan, aku memang seringkali didekati oleh banyak wanita cantik. Namun lagi-lagi, tak satupun dari mereka yang mampu membuat aku melupakan ani. Bahkan aku selalu berpikir seandainya saat itu aku mampu menghentikan kereta yang ditumpangi ani, aku pasti akan mengambilnya dari sana. Sayangnya kemampuan bernegosiasiku tidak sehandal kemampuan bernegosiasi bapak. Bahkan aku tidak mampu menyampaikan apa yang apa yang ada dihati ku. Gengsi ini terlalu tinggi untuk mengijinkan mulutku berkata "aku hanya ingin bersama mu". Saat ini seandainya aku bertemu ani, aku tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Aku tidak akan membiarkannya meninggalkan ku.
"Don't do mistake again!!!" Ah, percuma saja rasanya aku mengucapkanya sesering dan sekeras apapun. Karna aku telah terlanjur memilih jalan yang salah mengobati luka ini. Jangankan melihat kebiasaan ku bermabuk-mabukan, mengetahui ku merokok saja, aku yakin ani pasti tidak akan suka. Bodohnya, dahulu aku malah tidak mengindahkan larangannya. Meskipun aku sadar semuanya itu demi kesehatanku, dia melarang ku ini itu ya karena dia menyayangiku.

***
Malam ini jakarta diguyur hujan lebat, dan ini jam pulang kantor, maka sudah dapat dipastikan kemacetan hebat terjadi melanda jakarta. Sambil mendengarkan lagu dari ipod ku, aku memperhatikan para pengguna jalan lainnya dari kaca pintu taxi yang ku tumpangi. Pengamatan pertamaku mengarah kepada mereka para penggunakan sepeda motor, terlihat mereka sibuk merapikan jas hujan yang mereka kenakan, karena tidak bisa melindungi tubuhnya dengan sempurna, disisi lain kulihat para pengguna mobil pribadi yang sedang asik berkomunikasi menggunakan telepon genggamnnya, pengguna mobil lainnya juga ada yang sedang asik bercanda dengan teman-teman semobilnya, dan pemandangan lain yang menyita perhatianku adalah bus transjakarta yang katanya bebas hambatan itu, ternyata harus terjebak tidak bergerak dalam kemacetan malam ini. Dalam bus itu aku melihat manusia-manusia yang telah berdiri berjam-jam dan saling berdempetan. Untuk dapat masuk saja, aku yakin mereka memerlukan usaha yang cukup keras, dan malangnnya sesampainya didalam bus, mereka tetap harus berjejal-jelanan. Hal ini membuat aku kembali mengenang saat itu. Saat dimana aku harus berjuang untuk dapat masuk kedalam bus transjarta yang berbeda.

Sore itu, setelah usai merealisasikan niatan untuk membeli ember tempat merendam kaos kakiku, aku memutuskan untuk kembali ke kosan menggunakan bus transjakarta. Sama seperti malam ini, saat itu waktunya karyawan pulang kantor. Alhasil aku harus berusaha keras untuk dapat masuk kedalam bus transjakarta itu. Sangat memaksa dan sedikit bersenggol-senggolan ku terobos orang-orang dedepanku untuk dapat masuk kedamalam bus itu. Sulit memang, namun terasa begitu melegakan setelah berhasil masuk kedalam transjakarta itu. Sambil mengatur napas melepas lelah, sore itu aku memperhatikan mereka yang masih tertahan luar pintu bus karena pintu bus sudah ditutup. Namun tidak lama kelegaan itu kurasakan, karna kepanikan lain terjadi, ini melebihi kepanikan tidak dapat masuk bus transjakarta tadi, yaitu ember hitam yang tadi kubeli ternyata masih tertahan diluar dengan tangkainya terjepit pintu bus ini.
"Bang, tunggu bang"
"Bang, tunggu bang"
Berkali-kali aku berteriak menghentikan bus transjarta itu. Tersentak aku oleh suara pria yang terasa menyentuh lutut kanan ku, "Pak, kita sudah sampai".
Terbangun aku, dan begitu leganya aku mengetahui itu hanya mimpi. Dan ini sering kali terjadi. Bermimpi ditaksi ditemani lagu-lagu kesukaan ku.

Ku tinggalkan mimpiku mengenai ember tadi. Bagiku yang terpenting saat ini adalah dapat segera bertemu dengan ibu ku. Pribadi yang selalu setia menyediakan pelukan bagi ku, yang selalu menenangkanku dengan perkataan "semua akan baik-baik saja".

***
Seandainya namaku bukan borlan, apakah aku akan bertemu ani?
Seandainya namaku bukan borlan, apakah aku akan kehilangan ani?
Seandainya namaku bukan borlan, apakah aku akan dijakarta sekarang?
Seandainya namaku bukan borlan, apakah jalan hidupku tetap seperti ini?
Seandainya,,,
Ah,,, tapi nyatanya namaku bukan borlan!!!!!!

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Wednesday, November 7, 2012

Kalo kamu selingkuh, kita udahan

-->
"Kalo kamu selingkuh, kita udahan. Pokoknya, kalo kamu jadian sama cewe lain, kita udahan, titik" Ikha bergumam sambil mengetik di notebook kesayangannya . Ku sapa dia, sambil menghampirinya

"Hai nit"

"ooiii"

"lagi ngapain? Serius bener?"

"Ini, lagi bikin cerpen" jawabnya santai tanpa menoleh kearahku.

"Cerpen baru lagi? Judulnya apa?" Tanyaku sambil merebahkan badan dan melingkarkan tangan kepinggangnnya.

"Iya, cerpen baru. Tapi belum jelas mau bahas apa".

"Loh, tapi udah bahas-bahas tentang udahan dan jadian lagi tuh?" tanyaku lebih dalam.

Ia terdiam, dan menolehkan kearah ku, lalu ia membalikan badannya dan tengadah menghadap kelangit-langit kamarnya lalu menghela napas.

"Ahh, aku juga bingung vie, aku bingung apa fungsinya aku buat cerpen ini, aku cuma mau dia tau, kalo aku cemburu, aku cemburu liat dia sama perempuan lain".

Tatapan matanya kosong, dan menerawang jauh keruang setelah langit-langit kamarnya.

Saya tak banyak bicara, tetap berbaring dan memiringkan badan menghadap dia, mengamati dan terus mendengarkannya, tapi tak satu katapun terucap darinya setelah itu.

Tidak lama saya mengijinkannya membisu, saya kembali menghujani dia dengan pertanyaan yang hampir serupa dengan sebelum-sebelumnnya.

"Emang dia ngapain lagi? Deket sama cewe lain lagi? Apa masih sama sahabat-sahabatnya yang dulu kamu ceritain itu?"

Dia memejamkan matanya, dan tetap tidak menjawab sedikitpun, sepertinya tidak menghiraukan pertanyaanku.

"Terakhir yang aku ingat, kamu bilang dia ke bali sama sahabatnya yang datang kekantor lama mu. Trus sekarang kamu mau bilang kamu cemburu karna ingat kejadian itu?".

"Bukan.... bukan itu". Dia berlalu pergi.

Hanya tinggal aku dan notebooknya yang masih dibiarkannya menyala diatas tempat tidurnya.

***
Malam ini, aku kembali teringat pada ikha. Teman lama yang selalu setia menemaniku sejak kecil. Kami semakin dekat beberapa tahun belakangan ini. Ini dikarenakan semenjak keputusan ku mengakhiri kisah cinta ku dua tahun yang lalu, kami menjadi semakin banyak menghabiskan waktu bersama-sama.

Menurutku ikha tergolong wanita yang lemah. Bahkan terlalu bodoh dalam menjaga hatinya dalam hubungan percintaan. Akan tetapi malam ini aku sudah bosan menasehatinya, mengenai cinta gila yang dia ceritakan sejak satu tahun belakangan ini.

Tanpa berlama-lama memikirkannya, ku raih remot TV  untuk mencari siaran yang menarik. Sambil menekan-nekan tombol remot, aku memeluk bantal guling kesayangan ku. Nah, pada kesemaptan ini, saya ingin mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada ilmuan yang  berhasil menemukan teknologi bantal guling. Jika sayur kurang lezat tanpa garam, bagi saya, apalah artinya tidur tanpa bantal guling. Hahahaha.
Malam ini yang menjadi tontonan saya adalah OVJ. Saya memang tergolong wanita yang suka sekali dengan acara-acara yang berbau humor. Bagi saya, hanya orang cerdas yang bisa menghasilkan humor yang berkualitas. Jadi, dengan hipotesa diatas, saya simpulkan aziz, sule, parto, andre, dan juga nunung, memiliki IQ diatas rata-rata.

Kebetulan bintang tamun OVJ malam ini adalah asan*y istri ana*g. Dia cantik menggunakan gaun merah sepanjang lutut. Wanita itu juga terlihat anggun dengan sifat keibuannya bercanda dengan aur*l, anaknya yang diperolehnya dari pernikahan anang sebelumnnya.

Yang menjadi perhatian saya malam ini bukan kecantikan atau kepiawaiannya dalam berperan. Yang menarik adalah kisah cintanya dengan anang yang muncul tiba-tiba. Maklum, saya memang termaksud orang yang jarang sekali menonton televisi. Jadi seringkali saya ketinggalan berita heboh, atau isu-isu politik yang sedang banyak dibahas.

Yang terlintas, apa iya semua ini direncanakan? Apa iya, pemberitaan hubungan sahr*ni dengan anang hanya politik marketing belaka. Atau jangan-jangan sahr*ni benar-benar dicampakan. Malam ini, acara lucu ovj malah saya campur aduk dengan pikiran dikepala mengenai kisah cinta kusut ana*g dan sahr*ni. Kalo memang cerita itu direncanakan, saya tidak mau berkomentar banyak. Itu hak asasi mereka berdua. Yang terpenting tidak ada yang merasa disakiti dan dirugikan. Namun, jika ternyata sahrini adalah korban, maka dengan tegas saya katakan, kamu pengecut!!!! Maaf, ini saya sampaikan kepada pihak-pihak yang menyakiti sahrini, bukan kepada kamu yang sedang baca, hahaha. Tak lama acara usai, saya pun tertidur dalam pikiran panjang saya.

Hari ini ditengah-tengah kesibukan saya bekerja, tiba-tiba ada pesan dari blackberry messenger yang masuk ke handphone saya. Dan ternyata ikha. Seperti yang saya pikirkan, bbm itu berisikan ajakan untuk pulang bersama sore ini, hari ini hari jumat, itu artinya saya tidak pulang ke kosan melainkan pulang ke bekasi. Ajakan itu saya iyakan dengan segera.

Sore ini seperti jumat biasannya. Kemacetan dijalan semanggi memperparah perjalanan pulang kami. Kondisi bus patas AC 05 yang penuh dengan manusia berjejal, AC yang tidak terasa, dan bangku untuk duduk yang tidak tersisa lagi, menjadi gambaran kepulangan kami berdua sore ini.

Tanpa menghiraukan keadaan yang tidak kondusif itu, kami masih terus bercerita satu sama lain, dan saling berebutan. Saya dan ikha memang tergolong wanita yang tidak manja. Keadaan apapun masih tetap aja membuat kami dapat tertawa saat bersama.

Sudah lelah untuk tertawa, kami mulai terdiam dan hanya memandang ke deretan gedung yang terdapat disepanjang jalan gatot subroto.

Sambil terus berdiri dengan bersender diujung bangku yang saya belakangi, saya menanyakan ulang mengenai pertanyaan saya enam hari lalu yang masih belum dijawabnnya.

Ragu saya akan keputusan saya untuk menanyakan hal ini akan membuahkan hasil. Pasalnya, ikha memang cenderung sulit untuk ditanyai soal kisah cinta gilanya itu, apalagi semenjak saya memarahinya, dan melarangnya untuk mengingat-ingat lelaki itu lagi.

Belum lagi terlalu banyak yang disembunyikannya dibalik senyum dan humor konyol yang selalu dia ceritakan disetiap pertemuan.

Ternyata benar, hanya jawaban singkat yang masih juga tidak memberikan kejelasan apa-apa, bahkan cenderung menambah kebingungan saya.

“Gpp, aku cuma kasihan sama sahabatnya abang, mba v*ta, dia sekarang sedih”. Jawabnnya sambil tersenyum.

Tidak mempan dengan buaian senyumanannya, saya malah bertanya agak sinis

“Lah trus, urusannya sama kamu apa? Dan apa hubungannya dengan jadian lagi, cerpen baru mu kemarin?”.

Sambil cengar-cengir dia menjawab dan membentuk dua garis lurus dari bawah keatas menggunakan jari,

“Hubungan kekeluargaan beb, jadi kalo ditarik garis keturunan adam dan hawa, kami bersaudara. Hahahaha “. Dia tertawa lepas.

Kali ini saya tidak kuasa untuk tidak ikut tertawa.

Sontak penumpang bus jurusan blok M-Bekasi ilainnya memperhatikan kami dengan tatapan sedikit sinis. Wajar mereka memandangi kami dengan tatapan tidak senang, pasalnnya hanya kami berdua yang menggaduh sejak tadi.

***
“Nyalon yuk niiiiittt” teriakku ditelepon.
Sambil bermalas-malasan dengan nada parau di menjawab “hmmm, jam brp? Aku belum bangun nih”.

Seperti yang ada dibayanganku, gadis pemalas ini pasti belum bangun jam segini. Hari sabtu pasti dihabiskannnya dengan tidur dua belas jam. Berbeda dengan ku, saat ini aku tengah menyelesaikan lari pagi ku.

“Jam dua ya nit, di twint salon. Habis itu kita ngemall.”
Kutunggu dia menjawab ajakan ku.

Setelah beberapa lama menunggu,

“Nit”

“Nit”

“Niiiiiiiiiiiiiiiiiiit” semakin berteriak aku memanggilnnya. Dan tetap tidak ada jawaban.

Sudah dapat dipastikan, kerbau betina ini pasti tertidur kembali. Kejadian ini tentu tidak membuat aku kehilangan akal.

Kumatikan telepon genggamku, kuhubungi ke nomer telepon rumahnnya. Dengan mengganti pengaturan suara di Handphone ku, ku ganti suarannya agar menyerupai suara laki-laki. Ini hal yang paling menyenangkan menggunakan hanphone china ini, ada pengaturan khusus yang bisa membuat sifat jailku berevolusi dengan bebasnnya.

“Halo selamat siang, ikhanya ada?”
“Ada, tapi masih tidur. Ini dari siapa ya?”
“Ohh, ini saya yuki tante, temen kantornya ikha”
“Mau dibangunin apa titip pesan aja?”
“Titip pesan aja tante, bilang aja tadi saya telepon ke hanphone tapi tidak dijawab”
“Okay, nanti tante sampaikan.”
“Trimakasih banyak ya tante”
“Sama-sama”.
Dan benar, dalam hitungan menit bbm yang berisikan marah-marah dari dia sudah masuk kedalam blackberry saya. Itu artinya ia sudah sadar dari tidurnya. Hahahaha.

Entah terobsesi atau cinta betulan, si kerbau bodoh itu memang gampang banget dikibulin jika mendengar nama laki-laki idolannya itu. Sampai-sampai dulu pernah ada yang ngaku-ngaku si yuki, dan dengan tololnya dia malah mengirimkan foto-foto bugilnnya.

Kejadian itu yang bikin saya geram dengan laki-laki itu. Kenapa sahabat saya bertemu dengan laki-laki itu, dan membuat sahabat saya gila.

Iya gila, bener-benar gila.

Hal terbodoh yang pernah diceritakan kepada saya adalah, rencana bunuh dirinya akibat ketakutannya yang sangat, saat dia sadar jika dia hanya korban kejailan laki-laki yang kurang bermoral, yang memanfaatkan kegilaannnya.

***
Usai menikmatin treatment disalon, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sabtu itu dengan duduk santai dimall sambil saling bertukar cerita, yang menurut saya tidak pernah ada habisnnya.

Ada saja cerita yang kami bahas jika sedang berdua. Dan selalu saja tidak lupa membahas masalah masa depan. Masa depan yang tahun lalu kami bahas, ternyata saat saya tilik, sudah berbeda dengan pembahasan masa depan dihari ini.

Saya dan ikha memang sesuatu yang tidak dapat terpisahkan.
Kami hampir sama, yang membedakan dia bodoh sedangkan saya seorang pengecut.

Dia bodoh karena masih terus meyakini jika dia cintai. Padahal berkali-kali dari ceritanya saya ketahui laki-laki itu menyakitinya, membuatnya menangis bahkan hingga saat ini.

Sedangkan saya, saya tidak sebodoh dia, saya hanya tidak memiliki keberanian sebesar dia. Saya terlalu menjaga hati saya agar tidak tersakiti lagi. Saya tidak pernah berani memulai hubungan baru dengan laki-laki lain.

Mungkin akibat saya terlalu banyak belajar dari pengalaman orang-orang disekitar, saya selalu menghindar jika ada pria lain yang mendekat, jika dia tidak sesuai dengan suami impian saya.

“kha, aku capek deh. Aku capeeeeek banget”. Kalimat yang belum pernah saya ucapkan sebelumnnya kepada siapa pun.

Tidak berkata banyak ikha segera bangkit berdiri dan  kembali sambil membawa pisau kue yang dipinjamnnya dari kafe tempat kami bersantai.

“Nih, mungkin bisa bantu kamu supaya ga cape”.

Antara marah dan kesal saya menyeringai, “Lo sahabat gw bukan siii????” saya bertanya dengan nada yang agak tinggi.

“Kalo hidup ya pasti cape, kalo ga mau cape, ya jangan hidup. Kamu bernapas cape engga?” Jawabnnya santai mengikuti gaya bicara saya.

Dan lagi-lagi kami tertawa bersama ditengah riuh rendahnya irama musik dimalam itu.

“Ini nih vi, yang dari dulu abang lakuin ke aku, kalo aku sedih dan udah down banget. Dia bikin aku marah, dan kalo aku udah marah, dia menghilang”.

 Antara bosan dan emosi saya.
Lagi-lagi ingat abang.  Tidak ada hari tanpa abang. Dan yang membosankan, selalu tidak tuntas jika ditanya lebih dalam.

“Ya Ya Ya,,,, pulang yuk aku ngantuk, besok aku mau ibadah pagi” ajak ku kapadannya.

Cerita-cerita kami memang terlalu rumit. Tapi tidak serumit membuat roti yang saya makan malam ini. Rasanya manis, tengahnya lunak, namun bagian atasnnya keras dilapisi coklat, dan saat dikunyah rasa blueberrynya larut terasa dilidah.

Seandainya kami sepandai pembuat kue ini, tentu hidup kami akan semenarik kue ini. Setiap rasa dipadupadankan menjadi satu. Setiap bentukan dilakukan dengan sempurna, dan akhirnya saat prosesnya telah selesai, kue ini menjadi sangat sayang untuk dilewatkan.


Monday, April 16, 2012

Jangan Dimarahi Pak

-->
Hari ini perjalan pulang terasa sangat lama. Matahari yang sangat bersemangat memancarkan cahayanya, lalu lintas yang tidak berjalan lancar dan angkutan umum yang di nanti tidak kunjung lewat merupakan pelengkap dari hari yang melelahkan bagi sinta hari ini. Sinta adalah salah satu siswi SLTP Semoga Pintar di daerah Depok. Tiap harinya sinta menggunakan jasa angkutan umum untuk dapat pulang pergi kesekolah. Siswi kelas satu di SLTP Semoga Pintar itu merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Sinta terlahir di keluarga yang utuh dengan satu orang ibu, satu orang ayah (ya iya lah ya, kalo dari satu orang ibu dan dua orang ayah, berarti sinta anak ayah yang mana dong???) dan dua orang adik yang selalu mengisi hari-harinya.
Sebenarnya tahun ini merupakan tahun pertama bagi sinta menjadi kakak dari dua orang adik yang ganteng-ganteng dan lucu. (Buat ade-adenya sinta jangan GR ya, ganteng itu relatif tapi jelek itu mutlak. Jadi kalo saya menjelaskan di tulisan ini kalian ganteng, belum tentu ganteng buat orang lain yang membayangkan.) 


Nah supaya kalian dapat membayangkan kegantengan dari adik-adik sinta, coba bayangkan bentuk si giant dan suneo di film DORAEMON. Nah kira-kira seperti itulah gambarannya. Adik sinta yang pertama itu badannya besar dan tinggi. Badan yang cukup tinggi dengan angka diatas 180cm menjadi pelengkap kegantengannya. Kulit sawo busuk mengarah ke gosong merupakan nilai penambah lagi. Nah jika sinta jalan berdua dengan adik laki-lakinya tersebut orang akan berkesimpulan, wah dua orang ini pasti rentenir dan algojonya habis nagih hutang yang tidak mau bayar-bayar. Sinta sebenarnya gadis yang baik dan gemar menabung. Namun wajahnya yang sangar, jutek, dan tidak pernah tersenym menjadikan dirinya terlihat seperti ibu tiri yang sangat tega menyiksa anak-anak menggunakan gunting kuku yang di panaskan. (Jadi hubungannya dia hobby menabung dengan wajah sangar apa ya? :b)


Sedangkan adik kedua sinta merupakan duplikat dari pemeran suneo di film anak-anak yang lucu dan sedikit mendidik tersebut. Rambut jabrik dengat jidat yang agak botak, juga bibir yang agak jeding merupakan deskripsi untuk menggambarkan adik kedua sinta tersebut. Sesuaikan dengan gambaran suneo? Awal sinta bersekolah di SLTP Semoga Pintar juga merupakan awalkehidupan bagi adik kedua sinta tersebut.


Masuk siang merupakan jadwal bersekolah sinta di kelas 1. Jadwal sekolah sinta di SLTP memang jam 12.45PM. Seperti biasa berangkat kesiangan adalah kebiasaan dari mahluk hidup yang jalannya ngebut ini. Hobbynya selain ngomong kenceng, dia juga hobby bermain dengan anak-anak cowo. Selain jago main gundu (kelereng), dia juga hobby main layangan. Sungguh jauh dari permainan anak-anak cewek pada umumnya. Sebenarnya sinta memiliki barby-barbyan yang di belinya di sekolah adik pertamanya. Hobby bikin baju boneka dengan merusak kaoskaki yang ada adalah kebiasaan lainnya yang kurang terpuji. Namun kegiatan main boneka itu biasanya harus di isi dengan jalan cerita berantem smackdown-smackdownan. Sungguh ironis, permainan yang sangat feminim di isi dengan jalan cerita angling darma dan jurus dewa maboknya paman yoko.


Siang itu sinta baru saja akan memasuki sekolah barunya. Menggunakan seragam putih biru yang baru dan kebesaran. Bersepatu hitam dengan kaos kaki setengah betis menjadi pemandangan umum setiap kali dia bersekolah. Bawaan yang banyak, dengan jalan yang tegap membuat orang-orang selalu mengindarinya jika sedang berdampingan. Jalan seradag serudug menjadikannya sebelas duabelas dengan banteng yang sudah geram dengan kain berwarna merah. Sinta yang jarang senyum, sinta yang jutek, sinta yang sangat tomboy dan kasar adalah gambaran dari gadis yang gemar melucu ini.


Bersambung....